Murid SD di Merangin Jalan 2 Km Demi Air untuk MCK, Sekolah Tanpa Sumur Sejak Berdiri

Rabu, 19 November 2025 - 19:33:30 WIB - Dibaca: 1295 kali

Anak-anak SD di Merangin terpaksa mengambil air sungai untuk kebutuhan MCK akibat minimnya fasilitas sekolah.
Anak-anak SD di Merangin terpaksa mengambil air sungai untuk kebutuhan MCK akibat minimnya fasilitas sekolah. (Lil)

JAMBIPRIMA.COM,. MERANGIN – Di tengah era modern yang serba maju, kondisi memprihatinkan masih dirasakan siswa dan guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) 102/VI Merkeh, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Sejak sekolah itu berdiri, tak pernah ada fasilitas air bersih—bahkan satu sumur pun tidak dimiliki.

Akibatnya, ratusan murid di sekolah tersebut terpaksa berjalan kaki sejauh 2 kilometer menuju sungai hanya untuk mengambil air yang digunakan mandi, cuci, kakus (MCK). Kondisi ini berlangsung setiap hari dan telah menjadi rutinitas tidak wajar bagi anak-anak yang seharusnya mendapatkan fasilitas dasar di lingkungan pendidikan.

Kepala SDN 102/VI Merkeh, Budi Yansen, mengungkapkan bahwa pihak sekolah sudah sejak lama berupaya mengajukan permohonan pembangunan sumur kepada pemerintah daerah, tetapi belum ada tindak lanjut.

“Kami terpaksa mengajak para siswa mengambil air ke sungai karena sekolah tidak memiliki sumber air yang layak. Dengan jumlah hampir 133 siswa, tampungan air hujan jelas tidak cukup. Kami juga sempat mengandalkan masjid dan rumah warga sekitar, namun kini banyak komplain karena dianggap terlalu sering menumpang,” jelas Budi.

Perjalanan menuju sungai pun bukan tanpa risiko. Siswa-siswi dan para guru harus melintasi jalan lintas Sumatera, membuat keselamatan anak-anak terancam setiap kali mereka berjalan beriringan membawa wadah air.

Salah satu siswa, Alenxi, mengaku harus menahan buang air hingga tiba di sungai.

“Kami tidak bisa buang air di sekolah karena tidak ada air sama sekali. Jadi harus ke sungai dulu,” ujarnya.

Situasi ini membuat seluruh guru dan siswa berharap besar agar pemerintah daerah serta Dinas Pendidikan segera mengambil tindakan nyata. Mereka meminta dibangunkan sumur—baik sumur manual maupun sumur bor—agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan layak.

“Kami sangat berharap perhatian pemerintah. Jangan biarkan anak-anak harus menempuh jarak jauh melewati jalan berbahaya hanya untuk mendapatkan air,” tegas Budi.

Hingga kini, sekolah yang telah berdiri bertahun-tahun tersebut tetap beroperasi tanpa akses air bersih, seolah luput dari perhatian pemerintah daerah. (Lil)





BERITA BERIKUTNYA